~--~~~((( Selamat Datang di Blog Sari Wirya Netty )))~~~--~

Selasa, 16 Juni 2009

hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan suatu penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan zat kimiawi. Salah satu mikroorganisme penyebab hepatitis yang paling sering dijumpai adalah virus hepatitis (virus hepatitis A, B, C, D, E) dan hepatitis yang paling banyak dijumpai yaitu hepatitis B. Virus ini tersebar diseluruh Dunia dan penularannya dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui jalur oral-fekal, jarum suntik, pisau cukur, hubungan seksual, dan darah atau produk darah (Christina, 2008).
Tidak setiap orang terkena virus hepatitis akan memperlihatkan gejala, oleh karena itu tes laboratorium sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa penyakit ini. Seseorang yang menderita virus hepatitis dapat sembuh atau berlanjut menjadi kronis bila tidak sembuh selama enam bulan, bahkan berakhir dengan kematian bila penyakit ini berkembang menjadi sirosis dan kanker hati, terutama pada infeksi hepatitis B (Christina, 2008).
Hepatitis tidak semata-mata hanya disebabkan oleh virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain (Derek, 2008).
Hepatitis B adalah penyekit infeksi pada hati. Infeksi hepatitis B kronis atau jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan hati yang parah, seperti pergeseran hati atau sirosis dan kanker hati yang dapat mengakibatkan kematian (Derek, 2008).
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan didunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirroshis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler (hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna (Aguslina, 2008).
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organition (WHO) menyebutkan, pada tahun 2006 hingga saat ini sekitar dua milyar orang terinfeksi virus hepatitis B diseluruh Dunia dan 350 juta orang diantaranya berlanjut menjadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan 600.000 orang meninggal dunia per tahun karena penyakit hepatitis B (Sasono, 2008).
Angka kejadian infeksi hepatitis B di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 % dari jumlah penduduk. Angka kejadian hepatitis B paling tinggi di kawasan Timur Indonesia (Salim, 2008). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25-45 % pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi) (Aguslina, 2008).
Virus hepatitis B bisa menyerang siapa saja tanpa pandang buluh, mulai anak-anak hingga usia dewasa. Di Palembang penderita hepatitis B 68,5% adalah laki-laki dengan usia tersering adalah pada kelompok usia 11-18 tahun (28,5%) (Imelda, 2001).
Berdasarkan survei yang telah dilakukan peneliti di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru didapatkan data pasien yang terkena penyakit hepatitis B pada tahun 2006 jumlah pasien yang terkena penyakit hepatitis B yaitu 156 pasien, sedangkan tahun 2007 jumlah pasien yang terkena penyakit hepatitis B yaitu 187 pasien, dan pada tahun 2008 terjadi lagi peningkatan jumlah pasien yang terkena penyakit hepatitis B yaitu berjumlah 211 pasien (Profil RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, 2008).
Berdasarkan data diatas dapat dilihat terjadinya peningkatan penderita hepatitis B di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru setiap tahunnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apa faktor penyebab hepatitis B di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengambil judul “Faktor Penyebab Terjadinya Hepatitis B di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2008”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Apakah faktor penyebab terjadinya hepatitis B di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008?”

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya hepatitis B di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui jumlah persentase faktor penyebab terjadinya hepatitis B yang disebabkan oleh infeksi virus.
1.3.2.2 Untuk mengetahui jumlah persentase faktor penyebab terjadinya hepatitis B yang disebabkan oleh infeksi non-virus.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Memberikan pengalaman nyata dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh diperkuliahan terutama tentang penelitian, dan penelitian ini adalah salah satu persyaratan kelulusan D III Keperawatan.
1.4.2 Bagi pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa AKBID / AKPER Dharma Husada Pekanbaru, dan untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan Karya Tulis Ilmiah ini.
1.4.3 Bagi Instansi Kesehatan
Sebagai bahan informasi tentang hepatitis khususnya tentang faktor penyebab terjadinya hepatitis B.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan bagi peneliti selanjutnya terutama tentang hepatitis B.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hepatitis
2.1.1 Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah istilah yang digunakan untuk berbagai kondisi dimana terjadi peradangan atau nerkosis sel-sel hati. Nerkosis adalah istilah yang digunakan bagi kematian sebagian atau semua sel didalam suatu organ atau jaringan (Ramiah, 2006).
2.1.2 Jenis-Jenis Hepatitis
Menurut Ramaiah tahun 2006, hepatitis dibagi menjadi 6 yaitu :
a. Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit yang sangat menular dan virusnya ditemukan dalam tinja orang yang terinfeksi oleh hepatitis A.
b. Hepatitis B
Virus hepatitis B dapat menyebabkan baik infeksi akut maupun kronis. Virus ini biasanya disebarkan melalui darah atau produk darah dari seseorang yang terinfeksi virus hepatitis B.


c. Hepatitis C
Seperti halnya hepatitis B, hepatitis c juga menular melalui jarum suntik yang terinfeksi dan transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi. Namun, penyakit ini jarang menular melalui kontak pribadi yang dekat atau hubungan seksual, atau kepada bayi yang baru lahir melalui ibu yang terinfeksi.
d. Hepatitis D
Hepatitis D terjadi hanya pada mereka yang terkena infeksi hepatitis B. Ini karena infeksi tersebut membutuhkan virus hepatitis B untuk bisa bertahan hidup dan menyebabkan penyakit.
e. Hepatitis E
Hepatitis E penyebaranya serupa dengan infeksi hepatitis A. Penyakit ini lebih sering menjangkiti orang dewasa ketimbang anak-anak dan lebih mungkin menyebabkan epidemi. Epidemi adalah istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada situasi dimana sejumlah besar orang terkena penyakit yang sama dalam wilayah gografis yang sama dan pada saat yang singkat.




2.2 Konsep Dasar Hepatitis B
2.2.1 Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan virus hepatitis B (Sasono, 2008). Virus hepatitis B adalah virus Asam Deoksiribonukleat DNA yang telah dikenal dengan baik, yang ditularkan secara parenatal (tranfusi darah, jarum) atau lewat kontak oral atau seksual dan menyebabkan penyakit hati akut dan kronis (Jay, 2000).
2.2.2 Kelompok Yang Beresiko Tinggi Terkena Hepatitis B
Menurut Ramaiah tahun 2006, ada 8 kelompok orang yang beresiko tinggi terkena infeksi hepatitis B yaitu :
a. Pekerja kesehatan yang berkontak dengan darah atau cairan tubuh orang yang terkontaminasi.
b. Kaum homoseksual.
c. Orang yang melakukan kontak seksual dengan mereka yang memiliki virus hepatitis B.
d. Orang yang mengidap penyakit ginjal yang membutuhkan cuci darah.
e. Orang yang menerima transplantasi organ bagi tubuh mereka dari donor yang terinfeksi.
f. Orang yang menjalani perawatan bagi leukemia.
g. Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi.
h. Pengguna obat yang disuntikkan kepembuluh darah, yang berbagi jarum dan alat suntik yang telah terinfeksi.
2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Hepatitis B
a. Infeksi Virus
Infeksi virus yaitu infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B itu sendiri, yang ditularkan melalui transfusi darah atau suntikan, lewat kontak oral atau seksual, dapat juga menular pada ibu hamil yang menularkan kepada bayinya (Arkanada, 2008).
Penyebab virus hepatitis B dari ibu hamil kepada anaknya terjadi pada saat proses persalinan oleh adanya kontak atau paparan dengan secret (cairan) yang mengandung virus hepatitis B (cairan amnion, darah ibu, sekret vagina) pada kulit bayi dengan lesi dan pada mukosa (Imelda, 2001).
Infeksi virus dapat merusak hati secara langsung menyerang dan merusak sel hati yang akan menyebabkan hepatitis kronis. Hepatitis B kronis biasanya terjadi ketika mekanisme pertahanan alami tubuh tidak dapat menghancurkan semua virus hepatitis B yang memasuki tubuh. Virus-virus yang tidak dihancurkan terus berkembang biak dan menyebabkan infeksi kronis. Jenis inveksi kronis ini lebih umum terjadi dalam infeksi hepatitis B (Ramaiah, 2006).
b. Infeksi Non Virus
Infeksi non virus yaitu infeksi yang tidak disebabkan oleh virus hepatitis B, melainkan disebabkan oleh virus lain, yaitu :
1. Leptospira icterohaemorragica yaitu suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini menyebar dari hewan yang terinfeksi kepada manusia, baik melalui kontak langsung maupun melalui air atau tanah yang terkontaminasi. Jika penyakit ini tidak juga diobati maka akan merusak sel hati dan akan menyebabkan hepatitis B (Ramaiah, 2006).
2. Toxoplasma gondii yaitu parasit kucing atau hewan peliharaan lainnya. Penyakit ini menyebabkan penyakit saraf yang disebut toxoplamosis. Parasit yang masuk ketubuh manusia yang akan merusak sel-sel darah dan masuk kehati yang akan merusak kerja hati dan menyebabkan hepatitis B (Ramaiah, 2006).
3. Herpes simpleks yaitu radang kulit disertai timbulnya vesikel-vesikel disebabkan virus, biasanya terjadi di daerah perbatasan selaput lendir dan kulit, dapat terjadi digingiva, orofaring dan konjungtiva, juga disekitar alat kelami luar. Orang yang terkena herpes simpleks sebagian besar akan terkena penyakit hepatitis B. Herpes simpleks yang tidak diobati sangat mudah dimasuki oleh kuman-kuman dan bakteri, karena cairan yang terdapat pada herpes simpleks bisa masuk kepembuluh darah dan masuk kesel hati yang akan merusak hati dan akan menyebabkan hepatitis B (Arkanda, 2008).
2.2.4 Gejala Hepatitis B
Menurut Meta tahun 2008, gejala hepatitis B biasanya muncul secara tiba-tiba seperti :
a. Penurunan nafsu makan.
b. Merasa tidak enak badan.
c. Mual-muntah.
d. Demam.
e. Kadang timbul nyeri sendi dan gatal-gatal pada kulit.
2.2.5 Pencegahan Hepatitis B
Hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi aktif atau pasif. Imunisasi aktif adalah istilah yang digunakan untuk proses dimana untuk membangun perlindungan jangka panjang terhadap infeksi yang baru sebagai hasil dari produksi antibodi. Antibodi ini dapat berkembang secara alami ketika seseorang menderita penyakit hepatitis B. Imunisasi pasif adalah istilah yang digunakan untuk proses dimana seseorang mengembangkan perlindungan jangka pendek terhadap infeksi yang baru. Perlindungan pasif dapat berkembang ketika :
a. Seorang bayi yang belum lahir menerima antibodi dari ibunya.
b. seorang bayi yang baru lahir menerima antibodi dari kolostrum, ASI (Air Susu Ibu) pertama yang dikeluarkan oleh ibu setelah persalinan.
c. Suatu vaksin yang mengandung antibodi yang disuntikkan kedalam tubuh (Ramaiah, 2006).
2.2.6 Penatalaksanaan Hepatitis B
a. Tirah Baring
Tirah baring yaitu beristirahat secara total, beristirahat total merupakan hal yan paling penting untuk penderita hepatitis B. Penyembuhan hepatitis B pada umumnya sangat bergantung pada kekebalan tubuh penderita. Makin baik kondisi penderita, tentu semakin mudah untuk terjadi penyembuhan.
b. Diet
Penderita hepatitis B tetap diperbolehkan diet yang mengandung lemak. Yang tidak boleh yaitu makanan / minuman yang mengandung alcohol, jamu-jamuan yang tidak jelas zat aktifnya, merokok, dan lain-lain. Tetapi pada umumnya penderita tidak bisa makan karena mual dan muntah. Jika keadaan ini tidak bisa ditolerir lagi, dokter akan memasukkan makanan melalui infus (Erik, 2002).


2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmodjo, 2005).

Independen Dependen











Gambar 2.1 Kerangka Konsep























BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif yaitu suatu proses penelitian mulai dari merumuskan permasalahan hingga mengambil kesimpulan (Prasetyo, 2005). Sedangkan rancangan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat faktor penyebab terjadinya hepatitis B di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (Prasetyo, 2005).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni tahun 2009.

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh status pasien yang terkena hepatits B yang didapat dari medical record di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2008 berjumlah 211 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Zanbar, 2005).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 68 orang yang didapat dari medical record di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru pada tahun 2008. Dengan menggunakan rumus :
N
n =
1 + N (d²)

211
n =
1 + 211 (0,1²)

n = 68 orang

Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
(Notoatmodjo, 2005)
3.3.3 Sampling
Sampling adalah mengambil sampel penelitian ini digunakan dengan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode Quota sampling yaitu dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel dengan populasi manapun yang akan diambil dari medical record di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (Notoatmodjo, 2005).

3.4 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2002). Variabel pada penelitian ini yaitu variabel independen : faktor penyebab terjadinya hepatitis B, dan variabel dependen : hepatitis B.

3.5 Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Penelitian Defenisi Operasional Skala Alat ukur Hasil ukur
Faktor penyebab terjadinya hepatitis B

a. Infeksi virus



b. Infeksi non virus




Suatu penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
Suatu penyakit hepatitis B yang tidak disebabkan oleh virus Hepatitis B.




Nominal




Nominal





Daftar Checklist



Daftar Checklist




a. Ya
b. Tidak



a. Leptospira icterohaemorragica
b. Toxoplasma gondi
c. Herpes simpleks



3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu daftar checklist pencatatan rekam medik RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tentang penyakit hepatitis B pada pasien yang terkena penyakit hepatitis B.

3.7 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh dari medical record pasien yang terkena penyakit hepatitis B di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008.

3.8 Tehnik Pengolahan Data
Menurut Sugiono (2005), pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut:
3.8.1 Penyuntingan Data (Editing)
Memeriksa data terlebih dahulu meliputi pengecekkan, kelengkapan, identitas, subjek penelitian, pengecekan kelengkapan data dan mengecek melalui isian data.
3.8.2 Pengkodean Data (Coding)
Adalah setiap data yang didapat maka diberi tanda ceklis (√) dan nama pada status pasien diubah menjadi nomor sebagai status pasien.


3.8.3 Tabulasi Data (Tabulating)
Pada tahap ini peneliti merumuskan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sesuai dengan analisis master tabel yang telah dibuat.

3.9 Tehnik Analisa Data
Dalam analisa data penulisan menggunakan analisa univariat yaitu analisa data yang dilakukan hanya melihat hasil perhitungan dari frekuiensi serta presentase dari hasil penelitian, yang nantinya akan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk pembahasan dan kesimpulan (Arikunto, 2006).

P = F X 100%
n

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi faktor penyebab terjadinya hepatitis B
n = Jumlah kasus hepatitis B

GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU PADA PERSALINAN NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?” (P2KS, 2007).
Asuhan sayang ibu terpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan, dan selalu melihat dahulu kecara pengobatan yang sederhana dan non interventive sebelum berpaling keteknologi (Pusdiknakes, 2003).
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, malahan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, bidan harus bisa memastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan (JNPK-KR, 2004).
Di seluruh Negara masih banyak kekurangan tenaga kesehatan yang professional guna menolong persalinan pada setiap ibu yang hendak bersalin, sehingga ibu-ibu yang tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan perawatan selama mereka dalam proses persalinan dan menolong proses kelahiran mereka. Sebagian dari alasan mereka adalah karena penolong persalinan yang sudah terlatih tersebut tidak memperhatikan kebutuhan mereka, tradisi maupun kebutuhan pribadi mengenai bagaimana keinginan mereka saat persalinan dan kelahiran bayinya (Pusdiknakes, 2001).
Kemampuan untuk memberikan pelayanan obstetric yang bermutu dan menyeluruh didasarkan atas tinggi rendahnya angka kematian ibu dari suatu Negara. Angka kematian ibu yang masih tinggi tersebut sebenarnya masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat pertolongan pertama, tetapi penyelenggara kesehatan tidak sanggup untuk memberikan pelayanan (Manuaba, 2001).
Berdasarkan WHO (World Health Organization) jumlah kematian ibu sekitar 500.000 persalinan hidup. Dari jumlah kematian tersebut sebagian besar terjadi di Negara berkembang karena kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan yang ditolong oleh dukun disertai keadaan sosial ekonomi dan kegiatan masyarakat yang masih tergolong rendah, sehingga pada tahun 1978 WHO (World Health Organization) dan UNICEF (United Nation Children Fund) melakukan pertemuan di Unisovyet dan mencetuskan “Idea Primary Health Care” sebagai landasan pelayanan kebidanan yang dapat dijangkau masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan setiap Negara untuk menyelenggarakan (Manuaba, 2001).
Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000 menyebutkan angka kematian ibu di Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100 ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, tahun 2000 itu angka kematian ibu masih berkisar diangka 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang belum lama merdeka, yang memiliki angka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup (Hidayatun, 2008).
Kematian ibu melahirkan masih menjadi persoalan yang cukup pelik di Indonesia. Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) merupakan sebesar 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup (Hidayatun, 2008).
Pada tahun 2005 AKI di Pekanbaru berjumlah 11 per 19.657 persalinan hidup, yang mana pada tahun 2006 AKI meningkat menjadi 17 per 20.210 persalinan hidup. Ini menunjukkan derajat kesehatan ibu selama hamil dan melahirkan masih memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih baik (Profil Dinkes, 2006).
Berbagai hasil penelitian mengemukakan bahwa standar pelayanan antenatal sangat bermanfaat dalam deteksi dini resiko yang akan terjadi selama kehamilan, persalinan maupun nifas. Serta hasil observasi menunjukkan bahwa pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan sering tidak ditepat dan bidan yang masih kurang pengalamannya dalam pelayanan kebidanan. Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsepsi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, sehingga diagnosa dini dapat ditegakkan untuk menurunkan AKI (Manuaba, 2001).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meninjau pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal. Untuk itu peneliti memilih dan menetapkan judul “Gambaran Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Persalinan Normal di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti bagaimana pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui persentase gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu dalam proses persalinan.
1.3.2.2 Untuk mengetahui persentase gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pascapersalinan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan, terutama tentang asuhan sayang ibu pada persalinan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini nantinya dapat berguna untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya khususnya mengenai asuhan sayang ibu pada persalinan normal.
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumbangan dalam meningkatkan pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal khususnya di ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan sebuah proses diawali dengan keluarnya sel telur yang telah matang dari indung telur. Ketika telur yang matang itu berada pada saluran telur dan pada saat itu sperma yang masuk dan bertemu dengan sel telur maka keduanya akan menjadi menyatu membentuk sel yang akan tumbuh (Lukman, 2004).
Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002).
Ibu hamil merupakan wanita yang mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Sayang Ibu Pada Persalinan
2.2.1 Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik (Febrianti, 2006).
2.2.2 Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan
Menurut Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) Propinsi Riau tahun 2007 asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yaitu:
a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menentramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
h. Mengajari suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
j. Menghargai privasi ibu.
k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayinya.
l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan-makanan ringan bila ibu menginginkan.
m. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomy, pencukuran, dan klisma).
o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya setelah lahir.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.
2.2.3 Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pascapersalinan
a. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
b. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan pemberian ASI sesuai permintaan.
c. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan.
d. Menganjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensukuri kelahiran bayinya.
e. Mengajarkan ibu dan anggota keluarga tentang bahaya dan tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran.
2.2.4 Asuhan Persalinan Normal
2.2.4.1 Pengertian Persalinan Normal
Persalinan normal yaitu suatu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri (Luwzee, 2009).
2.2.4.2 Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan persalinan normal yaitu menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (Pusat Pelatihan Klinik Sekunder, 2007).
2.2.4.3 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman yaitu :
a. Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
c. Pencegahan infeksi yaitu untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
d. Pencatatan (rekam medis) yaitu semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi nya.
e. Rujukan.














2.4 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. ( Notoatmodjo, 2005)













Keterangan :
: Variabel
: Sub variabel

Gambar 2.1 Kerangka Konsep




2.5 Defenisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Sub Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Kategori
Gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 Segala sesuatu hal pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 Angket Nominal Ya
Tidak

Asuhan sayang ibu pada proses persalinan Segala sesuatu hal asuhan sayang ibu pada proses persalinan Angket Nominal Ya
Tidak

Asuhan sayang ibu pada masa postpartum Segala sesuatu hal asuhan sayang ibu pada masa postpartum Angket Nominal Ya
Tidak













BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif dan rancangan penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer untuk mengetahui pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2009.

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang menjalani persalinan di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.


3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Zanbar, 2005). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagian dari ibu-ibu yang melakukan persalinan di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan sampel minimum yang berjumlah 30 orang, dalam statistik dianggap menuju angka jumlah banyak karena bila dibuat kurvanya akan mendekati kurva normal (Machfoedz, 2005).
3.3.3 Sampling
Sampling adalah mengambil sampel penelitian ini digunakan dengan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode Accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan ada di tempat penelitian (Notoatmodjo, 2005).

3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah hanya satu variabel yaitu gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009. Sedangkan yang menjadi sub variabel dalam penelitian ini adalah asuhan sayang ibu dalam proses persalinan dan asuhan sayang ibu pada masa postpartum.


3.5 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan angket dan diisi langsung oleh peneliti sambil melihat pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal.

3.6 Instrumen Penelitian
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan alat pengumpul data dengan menggunakan angket yang digunakan untuk mengukur gambaran pelaksanaan asuhan sayang ibu pada persalinan normal di ruangan camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Peneliti menggunakan kuesioner yang berisi 25 pernyataan untuk mengukur pengetahuan ibu hamil tentang asuhan sayang ibu pada persalinan normal dengan pilihan jawaban benar dan salah.

3.7 Tehnik Pengolahan Data
Sebelum melakukan pengolahan data peneliti terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada setiap kuisioner yang telah diisi oleh responder apakah sudah dijawab dengan lengkap sesuai dengan ketentuan. Data yang telah dikumpul dalam tahap pengumpulan data perlu diolah terlebih dahulu, tujuanya adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang sudah terkumpul, menyajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis.
Menurut Sugiono (2005), pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut:
3.7.1 Penyuntingan Data (Editing)
Editing (pengecekan kelengkapan data) yaitu memeriksa data terlebih dahulu meliputi pengecekan data yang telah dikumpulkan. bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data dapat diperbaiki dan dapat dilakukan pendataan ulang.
3.7.2 Pengkodean Data (Coding)
Coding adalah pemberian kode jawaban dengan angka atau dengan kode lain seperti simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban. Data yang telah terkumpul dicoding satu – satu mengenai jawaban dan kelengkapannya lalu dilanjutkan dengan tabulasi.
3.7.3 Tabulasi Data (Tabulating)
Tabulasi data adalah untuk menyusun dan menghitung data yang diperoleh. Setelah data diolah kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang telah selesai kemudian dihitung jumlahnya sesuai dengan alternatif jawaban. Jawaban dinilai dengan cara sebagai berikut: untuk jawaban yang ya diberi nilai = 1, sedangkan untuk jawaban yang tidak diberi nilai = 0


3.8 Tehnik Analisa Data
Menurut Arikunto (2006) dalam analisa data peneliti menggunakan analisis univariat yaitu analisis data yang digunakan untuk melihat hasil perhitungan frekuensi dan presentase dari peneliti yang nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur untuk membahas kesimpulan.
Menurut Notoatmodjo (2005), jawaban untuk semua item pertanyaan dari seluruh responder dengan menggunakan rumus sebagai berikut :




Keterangan
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
(Nursalam, 2003)