~--~~~((( Selamat Datang di Blog Sari Wirya Netty )))~~~--~

Senin, 12 Oktober 2009

appendik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Visi Indonesia sehat 2020 yang diikuti visi Riau sehat 2010 yang pada hakekatnya adalah untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang sehat di seluruh lapisan masyarakat merupakan titik tolak di galakannya berbagai upaya kesehatan (Nursalam, 2004).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan status sosial ekonomi yang semakin meningkat, masalah kesehatan juga muncul dimasyarakat yang disebabkan kurangnya pengetahuan terutama tentang pola hidup yang tidak sehat sehingga menyebabkan penyakit dari saluran pencernaan yang salah satunya adalah appendiksitis (Nursalam, 2004). Appendiksitis atau radang usus buntu adalah merupakan suatu keradangan pada daerah umbai cacing di saluran pencernaan (Juwardhono, 2004).
Dampak yang terjadi akibat dari appendiksitis adalah gangguan terhadap seseorang, dimana gangguan itu muncul diawali dengan berbagai gejala yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari seperti nyeri dengan tiba-tiba didaerah abdomen dan ulu hati, bila dibiarkan terus menerus appendiksitis dapat terjadi obstruksi lumen usus, (Juwardhono, 2004). Jika Appendiksitis tidak dilakukan penanganan segera akan terjadinya infeksi berat, bisa menyebabkan pecahnya lumen usus sehingga memerlukan penanganan yang khusus yaitu Laparatomi (Waspadji, dkk, 2001).
Appendiksitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi. Kejadian paling tinggi ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga, appendiksitis didapatkan 1,3 – 1,6 kali lebih sering pada laki-laki dari pada wanita (Waspadji, dkk, 2001). Penyebab appendiksitis yaitu berupa fekalit, cacing ascariasis, dan hyperplasia jaringan limfe (Choliq, 2008).
Prevalensi di Inggris, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Douglas et al terdapat 302 pasien yang terkena suspek appendiksitis setelah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Dan untuk mengatasi appendiksitis tersebut telah dilakukan apendiktomi dengan angka kegagalan sekitar 9 – 11%, dan 89% berhasil untuk mengatasi apendiksitis. Dan penelitian lain yang dilakukan oleh Zielke et al, sekitar 2000 pasien mengatakan,bahwa sekitar 6% ultrasonografi mendetaksi appendiksitis (Erita, 2004).
Berdasarkan survey yang telah dilakukan peneliti dari 10 besar penyakit yang terdapat di Poli Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan pasien yang menderita penyakit appediksitis pada tahun 2006 berjumlah 260 orang (31,43%), pada tahun 2007 pasien yang menderita penyakit appendiksitis meningkat lagi menjadi 305 orang (31,44%). Sedangkan pada tahun 2008 didapatkan pasien yang menderita penyakit appendiksitis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1
10 Penyakit Terbesar di Poli Bedah
RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Tahun 2008

No Penyakit Jumlah Persentase
1 Appendiksitis 330 30,55%
2 Hernia 142 13,14%
3 Hernia inguinal 110 10,18%
4 Neoplasma jinak payudara 101 8,33%
5 Neoplasma jinak kulit 90 8,33%
6 Hemorroid 78 7,22%
7 Neoplasma ganas payudara 67 6,20%
8 Hernia lainnya 60 5,55%
9 Penyakit gondok 59 5,46%
10 FAM 43 3,98%
Jumlah 1080 100%
Sumber : RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru
Berdasarkan berdasarkan tabel diatas masih tingginya angka kejadian penyakit appendiksitis dan merupakan penyakit urutan pertama dibandingkan dengan penyakit lainnya yang ada di poli bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka peneliti tertarik untuk meneliti apa faktor penyebab terjadinya appendiksitis di poli bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengambil judul “Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Appendiksitis di Poli Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tentang “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Menjadi Penyebab Terjadinya Appendiksitis di Poli Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis di Poli Bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendisitis yang disebabkan oleh fekalit.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendisitis yang disebabkan oleh ascariasis.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendisitis yang disebabkan oleh hyperplasia jaringan limfe.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Memberikan pengalaman nyata dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh diperkuliahan terutama tentang penelitian.
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa AKBID / AKPER Dharma Husada Pekanbaru, dan untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
1.4.3 Bagi instansi kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Appendiksitis
2.1.1 Pengertian Appendiksitis
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif, dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (appendiksitis) (Smeltzer, 2002).
Appendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks yang timbul secara mendadak (Anita,2008).
2.1.2 Penyebab Appendiksitis
1. Fekalit
Fekalit yaitu tinja atau feces yang keras mengapur. Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan perangsangan terhadap pembuluh darah (Choliq, 2008).
Tinja atau feces yang mengeras dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan appendiksitis (Khomsah, 2008).
2. Ascariasis
Ascariasis yaitu penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang. Cacing yang beternak diusus besar kemudian tersasar memasuki appendiks maka dapat menimbulkan appendiksitis (Khomsah, 2008).
3. Hyperplasia Jaringan Limfe
Hyperplasia jaringan limfe yaitu pembesaran jaringan limfe. Jika jaringan limfe membesar maka akan menekan appendiks dan akan menyebabkan appendiksitis (Choliq, 2008).
2.1.3 Klasifikasi Appendiksitis
1. Appendiksitis akut yaitu peradangan yang terjadi pada appendiks secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
2. Appendiksitis infiltra peradangan appendiks yang melekat pada dinding perut.
3. Appendiksitis kronis yaitu peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan appendiksitis infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
4. Appendiksitis abses yaitu kelanjutan dari appendiksitis kronis yang kurang perawatan dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses (Choliq, 2008).
2.1.4 Gambaran klinis
Pada kasus apendisitis yang klasik gejala- gejala permulaan adalah
1. Nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus
2. Anoreksia yaitu hilangnya selera makan.
3. Mual.
4. Muntah
Gejala-gejala ini umumnya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin mendapat nyeri tekan sekitar titik Mc burney. Kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas, biasanya ditemukan demam ringan dan leukositosis moderat. Bila dapat ruptura apendiks terjadi, nyeri seringkali hilang secara dramatis untuk sementara (Waspadji, dkk, 2001).
Sedangkan menurut Erita (2004), gambaran klinis yang bisanya muncul adalah :
1. Nyeri tumpul dan samar disekitar pusar biasanya disertai mual dan tidak mau makan.
2. Suhu meningkat sekitar 37,5 - 38,50C, 2) Beberapa jam kemudian nyeri pindah ke perut bagian kanan bawah (sekitar garis yang menghubungkan tonjolan tulang pinggang dengan pusar) yang dikenal dengan titik Mc. Burney. Nyerinya lebih jelas dan tajam sehingga dapat mempengaruhi aktivitasnya misalnya kalau jalan sambil memegang perutnya dan agak membungkuk menahan sakit
3. Nyeri tekan didaerah mc. Burney
4. Nyeri lepas (bila ditekan dan kemudian dilepas tekanan itu , terasa nyeri)
5. Nyeri perut kanan bawah bila penderita bernafas dalam, berjalan, batuk oleh karena gerakan dari peritoneum, dan sembelit.
Gambaran yang mencurigakan apendisitis akut adalah:
1. Apendiks yang tidak dapat divisualisasi
2. Apendiks terisi kontras sebagian
3. Gambaran defek pada sekum akibat penekanan dari luar
4. Pada fluroskopi sekum dan ileum terminal tampak irritable.
Beberapa keadaan yang memiliki gambaran klinis menyerupai apendisitis akut adalah :
1. Gastroenteritis akut
2. Limfadenitis mesenterik pada anak
3. Mittelscmerz (nyeri akibat ruptura•folikel ovarium waktu ovulasi)
4. Peradangan divertikulum meckel fetus yang terbentang dari ileum ke umbulikus
5. Enteritis regional
2.1.5 Pencegahan
Kita bisa melakukan pencegahan dengan makanan yang berserat agar fesesnya tidak keras, Pemberian obat cacing teratur tiap 6 bulan Menjaga kebersihan makanan agar tidak banyak mengandung parasit (Depkes RI, 2001).
Sedangkan menurut Waspadji dkk, (2001), Mengenai pencegahan, tentunya yang paling penting adalah menjaga agar tidak terjadi pengerasan sisa makanan dalam usus ataupun tidak memakan makanan yang sulit dicerna dan berpotensi menjadi cikal bakal dari penyumbatan tadi. Diet tinggi serat, dalam hal ini kaya akan sayuran dan buah-buahan) akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras. Di samping itu, meminum cukup air putih dan tidak menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.




2.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu yang abstrak, logika, secara teliti, secara arti harfiah akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan ilmu pengetahuan. Kerangka konsep merupakan teori yang bisa diukur yang telah dikembangkan keperawatan atau disiplin ilmu lain (Nursalam, 2001).
Variabel




Sub variabel





Gambar 2.1 Kerangaka Konsep


Keterangan :

: Yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Dimensi variabel yang diteliti





BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif yaitu suatu proses penelitian mulai dari merumuskan permasalahan hingga mengambil kesimpulan (Prasetyo, 2005). Sedangkan rancangan penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat faktor penyebab terjadinya appendiksitis di poli bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (Prasetyo, 2005).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di poli bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul pada bulan Januari dan selesi pada bulan Juli 2009.

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh status pasien yang terkena appendiksitis yang didapat dari medical record di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008 berjumlah 330 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Zanbar, 2005). Dengan menggunakan rumus :
N
n =
1 + N (d²)

330
n =
1 + 330 (0,1²)

330
n =
4,3

n = 76

Keterangan :

N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
(Notoatmodjo, 2005)
3.3.3 Sampling
Sampling adalah mengambil sampel penelitian ini digunakan dengan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan metode Quota sampling yaitu pertama-tama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah),kemudian jumlah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Notoatmodjo, 2005).

3.4 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. (Notoatmodjo, 2005)
3.4.1 Variabel : Faktor penyebab terjadinya appendiksitis.
3.4.2 Sub variabel :
1. Fekalit
2. Ascariasis
3. Hyperplasia jaringan limfe








3.5 Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat ukur Skala
Faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis :

a. Fekalit


b. Ascariasis


c. Hyperplasia jaringan limfe Hal-hal yang menyebabkan terjadinya appendiksitis.



Tinja yang mengeras.


Suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing.

Pembesaran limfe. Daftar Checklist



Daftar Checklist

Daftar Checklist

Daftar Checklist Nominal




Nominal


Nominal


Nominal



3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu daftar cheklist register laporan penyakit appendiksitis medical record pasien yang terkena penyakit appendiksitis.

3.7 Jalannya Penelitian
3.7.1 Tahap persiapan
1. Mengajukan judul penelitian
2. Melakukan studi pendahuluan
3. Menyusun proposal penelitian

3.7.2 Tahap pelaksanaan
1. Mencari data pasien yang terkena penyakit appendiksitis pada tahun 2008 di medical record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
2. Mengolah data dan menganalisa data yang telah didapat.
3.7.3 Tahap penyelesaian
Menyusun Karya Tulis Ilmiah, seminar hasil penelitian, dilanjutkan dengan perbaikan dan pengumpulan laporan Karya Tulis Ilmiah.

3.8 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh dari medical record dan buku register yang terdapat di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tahun 2008 (Notoatmodjo, 2005).

3.9 Tehnik Pengolahan Data
Menurut Sugiono (2005), pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut:
3.9.1 Penyuntingan Data (Editing)
Memeriksa data terlebih dahulu meliputi pengecekkan, kelengkapan, identitas, subjek penelitian, pengecekan kelengkapan data dan mengecek melalui isian data.
3.9.2 Pengkodean Data (Coding)
Adalah setiap data yang didapat maka diberi tanda ceklis (√) dan nama pada status pasien diubah menjadi nomor sebagai status pasien.
3.9.3 Tabulasi Data (Tabulating)
Pada tahap ini peneliti merumuskan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sesuai dengan analisis master tabel yang telah dibuat. Dengan perhitungan persentase sebagai berikut :

P = F X 100%
n

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis
n = Jumlah sampel (Sudijo, 2006).

3.10 Tehnik Analisa Data
Dalam analisa data penulisan menggunakan analisa univariate yaitu analisa data yang dilakukan hanya melihat hasil perhitungan dari frekuensi serta presentase dari hasil penelitian, yang nantinya akan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk pembahasan dan kesimpulan (Arikunto, 2006).
Dengan perhitungan persentase dengan rumus Sudijo (2006) sebagai berikut :

P = F/A/H × 100%
n

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis dari faktor Fekalit,
A = Frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis dari faktor Ascariasis
H = Frekuensi faktor-faktor penyebab terjadinya appendiksitis dari faktor Hyperplasia jaringan limfa
n = Jumlah sampel

3.11 Kesulitan Dan Keterbatasan
3.11.1 Kesulitan Penelitian
Selama melaksanakan penelitian, peneliti mengalami beberapa kesulitan diantaranya yaitu kesulitan dalam mengambil data ke Rumah Sakit dalam memenuhi pihak Rumah Sakit yang berwenang memegang dan memberikan data sehingga memerlukan waktu yang lama.


3.11.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa keterbatasan yaitu kurangnya pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam membuat penelitian ini karena data yang digunakan data sekunder dengan metode deskriptif, serta kepustakaan yang kurang terutama yang khusus membahas faktor penyebab appendiksitis, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di medical record RSUD Arifin ahmad Pekanbaru Tipe A dengan Akreditasi B, dimana secara geografis RSUD Arifin Ahmad sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Gaja Mada, sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Diponegoro, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Hang Tuah dan sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mustika.
4.1.2 Karakteristik
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3. <18 tahun
18-35 tahun
>35 tahun 15
38
23 19,7
50
30,3
Jumlah 76 100
Sumber : Hasil Pengolahan Tabel Checklist Tahun 2009

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar berumur 18-35 tahun yaitu 38 status (50%).


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2. Laki-laki
Perempuan 28
48 36,8
63,2
Jumlah 76 100
Sumber : Hasil Pengolahan Tabel Checklist Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan yaitu 48 status (63,2%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4. SD
SMP
SMU
Perguruan Tinggi 14
9
34
19 18,4
11,8
44,8
25
Jumlah 76 100
Sumber : Hasil Pengolahan Tabel Checklist Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar SMU yaitu 34 status (44,8%).







Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6. Pelajar
Mahasiswa
IRT
Swasta
PNS
Pensiunan 12
13
24
24
1
2 15,8
17,1
31,6
31,6
1,3
2,6
Jumlah 76 100
Sumber : Hasil Pengolahan Tabel Checklist Tahun 2009

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar IRT yaitu 24 responden (31,6%) dan swasta yaitu 24 responden (31,6%).
4.1.3 Faktor-faktor Penyebab Appendiksitis



Gambar 4.1 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Appendiksitis

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa penyebab appendiksitis berdasarkan faktor fekalit yaitu 41 status (54%), berdasarkan faktor ascariasis yatiu 19 status (25%), dan berdasarkan faktor hyperplasia jaringan limfe yaitu 16 status (21%).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Berdasarkan Fekalit
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor penyebab appendiksitis sebagian besar disebabkan oleh fekalit yaitu 41 status (54%). Menurut pendapat peneliti hal ini berkaitan dengan kurangnya mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengakibatkan buang air besar yang kurang lancar.
Menurut Choliq (2008), penyebab appendiksitis yang paling sering terjadi yaitu disebabkan oleh fekalit. Hal itu disebabkan oleh pola makan masyarakat kurang teratur dan seimbang yang menyebabkan feces mengeras dan kemungkinan besar feces tersebut masuk kesaluran appendiks.
Menurut Adi (2008), Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Isma (2005), menyatakan bahwa faktor penyebab appendiksitis yang terjadi di RSUD Semarang sebagian besar disebabkan oleh fekalit yang berjumlah 57%, dan sebagian kecil disebabkan oleh ascariasis.
4.2.2 Berdasarkan Ascariasis
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor penyebab appendiksitis yang disebabkan oleh ascariasis yaitu 19 status (25%). Menurut pendapat peneliti hal ini berkaitan dengan seseorang yang tidak menerapkan pola hidup sehat terhadap dirinya sendiri dan keluarga kurangnya dengan cara menjaga kebersihan diri agar terhindar dari cacing.
Menurut Anita (2008), appendiksitis juga sering disebabkan oleh ascariasis. Hal ini disebabkan karena disetiap usus manusia terdapat cacing ascariasis, jika setiap orang bisa menjaga pola makan dan kesehatan tubuh, maka cacing tersebut tidak akan berkembang biak dan tidak akan tersasar keappendik.


4.2.2 Berdasarkan hyperplasia jaringan limfe
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor penyebab appendiksitis yang terkecil disebabkan oleh hyperplasia jaringan limfe yaitu 16 status (21%). Menurut pendapat peneliti hal ini berkaitan dengan pembesaran limfe yang menyebabkan tekanan terhadap appendik dan membuat jaringan-jaringan appendik mati dan membusuk.
Menurut Khomsah (2008), faktor penyebab appendiksitis yang disebabkan oleh hyperplasia jaringan limfe memang sangat jarang terjadi karena pasien yang terkena hyperplasia jaringan limfe tidak semuanya mengakibatkan appendiksitis.
Menurut Hermawan (2008), faktor penyebab appendiksitis yang paling sering ditemukan adalah faktor hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu. Faktor kedua yaitu ascariasis, orang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang berkembangbiak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab appendiksitis di poli bedah RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2008 yang disebabkan oleh faktor fekalit yaitu 41 status (54%), faktor ascariasis yatiu 19 status (25%), dan faktor hyperplasia jaringan limfe yaitu 16 status (21%).

5.2 Saran
5.2.1 Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian ini agar dapat digunakan untuk perbandingan bagi peneliti selanjutnya.
5.2.2 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan agar menambah buku referensi tentang appendiksitis dan metodeologi penelitian agar dapat dipergunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.
5.2.3 Bagi lahan penelitian
Diharapkan agar petugas kesehatan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru lebih sering melakukan penyuluhan kepada pasien appendiksitis, agar pasien appendiksitis tahu tentang penyebab penyakit appendiksitis.

Tidak ada komentar: